Selasa, 21 Juli 2015

Semoga kamu membacanya?

Aku kadang merasa sulit mengatakan apa yang aku rasakan, tetapi aku berharap kita tidak akan pernah membiarkan apapun yang sudah kita miliki bersama ini sirna. Tak peduli apakah kita terpisah ribuan mil ataupun hanya sejengkal. "Aku memilih berjuang tanpa banyak kata, bukankah cinta dalam diam itu lebih menyenangkan? Kamu jelas biasa-biasa saja. Badanmu kecil, matamu sipit. Tidak ada sisi dari dirimu yang membuatku ingin mengungkapkan kata-kata pujian istimewa.Kita nyaman dan saling mendoakan?"sudah itu saja? Baru denganmu aku belajar mengolah rasa. Tidak semua isi hati perlu diketahui dunia. Beberapa malah lebih indah kalau tetap dalam hati. Orang lain tak lagi bisa sekilas tahu apa yang sedang terjadi di hatiku. Jika sebelumnya tulisanku di social media serta merta langsung di pahami, kini lebih bisa kita kendalikan kuatnya rasa itu. Jelas ada rasa bahagia setiap kali melihatmu muncul di obrolan facebook ku Sebab itu tandanya kita akan bisa berbincang. Membuatku ingin kamu berada di sisi lebih lama.Tapi kamu memang kalender semua agenda biasa. Bercakap denganmh tak lagi kubutuhkan banyak legitimasi dari dunia. Membaca pesanmu, berbincang ringan denganmu di akhir hari sampai malam tiba, berbagi ide-ide aneh yang kata orang setengah gila sudah cukup membuatku bahagia. Bersama pelan-pelan kita mengerti keadaan?Bukankah hubungan tak jauh beda dari maraton panjang yang melibatkan beberapa estape melelahkan? Dalam prosesnya kita harus cerdik menjaga kondisi. Mulai dari jauh-jauh hari mempersiapkan diri, agar garis finish bisa dengan sukses dilewati. Terlalu bersemangat mengayuhkan kaki bisa jadi bumerang yang menyakiti diri. Minum terlalu banyak di awal hari malahmembuat kita tak sanggup melanjutkan berlari. Perlahan, kau dan aku belajar untuk makin menerima keadaan. Kita akui kita memang saling jatuh hati. Namun tak ada hal yang membuat kita harus berlebihan mengabarkan semua yang sedang dijalani. Rasa yang tenang justru menguatkan ikatan ini.Dalam diam hubungan ini sungguh-sungguh kupersiapkan.Buatku kamu adalah seperti sahur yang tertata, akan siap kusambut dirimu saat berbuka. Ada orang yang rela berupaya sekuat itu untukmu. Apakah kamu peka?"Tak perlu khawatir, ada seseorang yang bersedia mengabdikan sebagian besar waktu hidupnya untuk mewujudkan mimpi-mimpimu.Sebelumnya aku harus minta maaf atas kekecewaan. Sesekali kurelakan waktu kerjaku untuk mengabarkanmu,Namun di situ perjuanganku tak lagi perlu diragukan. Kamu punya seseorang yang rela di maki-maki sama bos nya hanya untuk sms."kamu udah makan belom? Bagiku kamu adalah sahur yang kupersiapkan dengan sebaik-baiknya. Buatmu aku tak keberatan harus makan kurma, mengolah masakan berbahan dasar gandum demi tersedianya tenaga, sampai berusaha membatasi perilaku agar ibadah tetap terjaga. Jika proses mempersiapkan diri untukmu saja kuatur apik begini, bukankah berbuka puasa denganmu nanti adalah halyang harusnya sangat disyukuri? Kamu tak perlu takut merasa kurang dicintai. Tak perlu meragukan kuatnya rasaku. Kita boleh jadi tidak sesering itu bisa bertemu, kamu pun merasa aneh sebab hanya sesekali dimanjakan oleh kata-kata manisku. Aku hanya ingin kamu tahu, bukan di sisi itu permainan yang sedang kubangun bersamamu. Lebih ingin kubangun hubungan yang melibatkan kerjasama antara dua orang dewasa, penuh kompromi saat berbagai masalah tiba. Ikatan yang membuat kita sama-sama berkembang dalam bidang yang sama. Semua itu membutuhkan tindakan nyata, bukan sekadar membungkus kata-kata biasa dengan manisnya gula-gula.Sebab kini kusadari cinta adalah kata kerja yang harus di buktikan. :) Jakarta,14 Juli 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar