Jumat, 18 Desember 2015

My Diary

29-November-2015. Mengenalmu, aku menemukan kesempurnaan dalam dirimu yang buatku nyaman. Tak terasa, beberapa hari kulalui dengan indah, tanpa seharipun terlewati untuk sekedar bertanya “udh makan belum hehe?” Taukah kamu, aku serasa sedang bermimpi bisa mengenalmu, wanita sempurna yang menggenapkan segala kekuranganku. Bersamamu berbagi canda, tawa, diskusi banyak hal. Kamu selayaknya dosen semua mata kuliah untukku. Meski beberapa orang terdekat mengatakan hubungan ini layaknya “mission impossible” karena banyaknya perbedaan. Ikatan batin kita begitu kuat hingga banyak perbedaan bisa kita satukan. 30-November-2015 “Apakah ini pertanda bahwa aku jatuh cinta? Aku nyaman bersamamu, bahkan dalam ketidakjelasan hubungan ini. Apakah kita terjebak dalam friendzone atau sebenarnya saling memendam perasaan?”Entahlah. Sampai saat inipun aku tak bisa mendefinisikan hubungan ini. Yang pasti ada rasa sayang meski tak terkata, rasa cemburu meski tak terucap, bahagia, curiga. Selayaknya pasangan kekasih. Yang berbeda adalah tak pernah ada kata kata jadian keluar dari mulut kita. Semua mengalir begitu saja. Kadang ingin kutanyakan perasaanmu yang sesungguhnya. Namun aku takut semua berubah. Rasa takut kehilangan apa yang telah susah payah kubangun bersamamu. Meski aku sadar, pohon waktu semakin tinggi, bukan saatnya lagi berdiam dalam hubungan ini. Namun sekali lagi, aku takut menanyakan ini padamu. Aku membiarkan semua pertanyaan dalam benakku menguap begitu saja. Aku mengikuti setiap irama yang kau ciptakan dalam hubungan ini. 1-Desember-2015 Kamu bukan cinta yang kutemui pada pandangan pertama, kamu ialah rasa yang kutemukan kala waktu mulai berjalan Bukankah menyenangkan bila aku bisa jatuh cinta lagi setelah masa kelam yang kulalui di masa lalu 3 tahun yg lalu? 2-Desember-2015 Masa lalu, maka itu aku perlu waktu. Aku akan bercerita sedikit tentang masa laluku, tentang patah hati yang benar-benar menggerogoti sendi-sendi kehidupanku. Aku patah dan rapuh, dan kala itu aku memilih untuk menyibukkan diri dan bergulat dengan waktu. Hingga suatu hari sudah kutata lagi hatiku, sudah kubuat lagi dinding-dinding kokoh sebagai benteng diriku dan kuharap tak sembarang orang bisa menembusnya, kecuali aku yang membukakan pintu. Dan mungkin saja, kini aku yang membukakan pintu itu untukmu. 3-Desember-2015 Aneh, jatuh cinta membuatku berprasangka. Tingkah laku yang sebenarnya biasa saja aku artikan sebagai sebuah perhatian luar biasa. Dan sebaliknya, bukankah orang yang jatuh cinta juga mudah sekali untuk jatuh? 4-Desember-2015 Setelah lama berprasangka, lama-lama aku juga mulai lelah. Aku mulai menjalani hidupku seperti biasa. Namun tak kusangka, kemelut di hatiku mudah sekali muncul kala segalanya tak sesuai ekspektasiku. Aku mudah jatuh, aku mudah tersentuh. Dan kamu penyebab semua itu. 8-Desember-2015 Aku mulai menuliskanmu selepas pulang kerja. Aku mulai menuliskanmu dalam bait-bait yang tak pernah diketahui siapapun. Aku mulai menuliskanmu dengan menyamarkanmu. Tapi bisa aku pastikan bahwa bait-bait itu memang ditujukan untukmu. 10-Desember-2015 Aku benar-benar tak tahu harus memulai semua ini dari mana. Aku bingung? Bahkan bila kita saling mengungkapkan, aku sama sekali tak siap dengan segala hal. Aku tak pernah tahu perasaanmu padaku, yang aku tahu kita bercanda lewat bbm dan aku mulai menyukai itu. Namun bila perasaan ini semakin jauh dan apabila kubayangkan bahwa kita saling mengungkapkan, maka aku benar-benar tak tahuharus menanggapinya seperti apa. 15-November-2015 Aku belum siap. Aku belum selesai dengan diriku sendiri, aku bahkan tak cukup mencintai diriku sendiri. Aku masih mati-matian menyusun pola kehidupanku, memantaskan diriku, terseret-seret untuk bisa mencapai mimpi-mimpiku. Karena akan selalu ada mimpi yang harus diwujudkan. Dan bukankah akan lebih mengasyikkan bila suatu saat nanti kita bertemu dipersimpangan kala sudah siap masanya? Akan menyenangkan bila mimpi-mimpi yang sebelumnya bisa kita bagi, satu persatu mulai terwujud. Dan pada masa itu kita akan selesai dengan mimpi kita masing-masing dan semoga saja ada mimpi yang kita bangun berdua, yang tentu saja akan diwujudkan bersama. 18-Desember-2015 Aku tak bisa menjamin apapun di masa depan, bahkan esok hari pun aku tak berjanji akanmenyukaimu sedalam sebelumnya. Namun bila kamu adalah sesuatu yang sudah dituliskan untukku dan kita pada akhirnya bertemu kembali. Maka, aku akan mencintaimu. Bukan hanya menyukaimu seperti saat ini. Pada saat itu pula kita telah memantaskan diribagi satu sama lain. Aku akan selesai dengan diriku sendiri, telah cukup untuk mencintai diriku sendiri dan pasti aku akan mencintai dirimu. :( ‪#‎catatandiaryku

Minggu, 01 November 2015

Untuk kalian yang usianya di bawahku, kalian bebas raih mimpi kalian.

Untuk kalian yang usianya di bawahku, kalian bebas raih mimpi kalian.
Ketika kka di umur kalian, kka pun juga sama bersemangatnya mulai merealisasikan mimpi-mimpi. Pergi lah sejauh yang kalian mau, capailah mimpi-mimpi kalian setinggi mungkin, dan berkembanglah menjadi orang yang membanggakan. Karena kka pernah merasakannya, maka dari itu kka begitu mengerti. Tak apa kalan keluar dari zona nyaman demi mengejar mimpi, demi membahagiakan keluarga kalian kelak.
Hallo, adek kelasku.
Apa kalian tau siapa ini? Ini adalah kka ketika berusia 15 tahun dlu sperti kalian, berbicara dengan kalian dari masa depan yang seharusnya tidak terjadi. Jangan pernah berkompromi dengan apa yang menurut kalian standard, masa depan, atau “kebebasan”, sehingga membuat kalian bertindak tanpa berpikir. Jangan cepat marah dan tetap pada jati diri. Jauhi kekerasan. Tidak ada yang namanya hubungan yang sempurna. Karena yang ada hanyalah “ketidak sempurnaan yang sempurna.
Jika melihat kebelakang. Kka ingin memberitahukan tentang pilihan hidup kka yang mempengaruhi diriku dan orang disekitarku. Tolong berpikir dua kali dek untuk masa depan. Akan ada lubang dijalan itu. Dan kka pernah salah telah memilih jalan itu. Kka tertangkap dan berakhir dalam lubang itu. Setelahnya kka sangat sulit untuk menemukan pekerjaan. Tapi kka bangkit. Dan pada akhirnya kka menemukan pekerjaan. Semua itu di mulai dari nol.
Ketahuilah, suatu saat nanti kalian pasti akan menjadi orang dewasa. Dengan banyak luka di dalam hati. Itu bukanlah apa2 jika kalian bisa menghadapinya dengan tenang. Kalian akan menjadi orang yang hebat. Orang yang tak mudah di hasut oleh orang yang ingin memanfaatkan. Senyum kalian tak akan pernah hilang, bahkan disaat kalian ingin menangis. Kalian akan menjadi orang ceria yang paling sedih. Tapi, dengan membuat orang lain tertawa, sedih bukanlah hal yang kalian inginkan lagi. Ketahuilah, Kalian tidak bisa memilih kehidupan yang layak untuk orang yg lemah seperti kita ini. Kalian harus bisa menerima kehidupan yang diberikan oleh-Nya. Itu adalah anugerah, meskipun kalian tidak menikmati setiap detik yang diberikan oleh-Nya, kalian harus tetap menjalani kehidupan yang memang seharusnya untuk kalian. Jadilah orang yang kuat. Kelak, pundak kalian akan terasa sangat berat. Tapi kka yakin, untuk orang seperti kalian, hati kalian pasti lebih kuat dibanding pundak kalian. Jika kalian menyesal, segeralah maafkan diri sendiri. Karena itu hanyalah satu2nya cara untuk mengikhlaskan hal yang tak kalian dapatkan. Disat kalian sudah dewasa, Carilah teman yang tetap ada di samping kalian apapun yang terjadi. Tolong, selalu bersikap baik pada semua orang. Meskipun kalian tidak mendapatkan balasan yang kalian harapkan, setidaknya kalian akan mendapat balasan yang lebih baik nanti. Jadilah orang yang paling sabar setiap saat. Jika kesepian selalu berada di samping kalian, Jadikan ia teman. Kelak kalian akan mendapat pelajaran darinya. Dan, jangan lupa satu hal yang penting. Tipu lah orang lain dengan senyuman kalian yang terbaik. Tutupi semua luka dan beban dengan itu. Kelak , kalian juga akan belajar banyak dari senyuman itu.
Sudahlah tak perlu kalian pedulilkan siapa menulis surat ini. Kalian tau bahwa yang menulis surat ini adalah kalian yang sudah diumur 19 tahun. Belajarlah yang rajin dek dan tegarkanlah dirimu ketika kalian di kucilkan di bangku SMP sampai SMK. Kalian selalu jadi anak yang tidak di pentingkan di lingkungan sekolah. Balaslah kucilan mereka dengan masa depan kalian. Tetaplah tegar. Ingatlah jangan pernah membuat orang tua kalian susah, dan sedih. Buatlah mereka bahagia dan janganlah menambahkan beban mereka. Ketika kalian ditinggal pergi oleh sosok seorang orang tua maka kalian akan selalu menyesal selama lamanya. Berbuat baiklah dan luangkan waktu kalian bersama orang tua.

Jumat, 23 Oktober 2015

Dua tahun yang lalu.

Kamu pernah menjadi bagian hari-hariku. Setiap malam, sebelum tidur, kuhabiskan beberapa menit untuk membaca pesan singkatmu. Tawa kecilmu, kecupan berbentuk tulisan, dan canda kita selalu membuatku tersenyum diam-diam. Perasaan ini sangat dalam, sehingga aku memilih untuk memendam. Jatuh cinta terjadi karena proses yang cukup panjang, itulah proses yang seharusnya aku lewati secara alamiah dan manusiawi. Proses yang panjang itu ternyata tak terjadi, pertama kali melihatmu; aku tahu suatu saat nanti kita bisa berada di status yang lebih spesial. Aku terlalu penasaran ketika mengetahui kehadiranmu mulai mengisi kekosongan hatiku. Kebahagiaanku mulai hadir ketika kamu menyapaku lebih dulu dalam pesan singkat. Semua begitu bahagia. Tapi itu dulu 2 tahun yg lalu. Aku sudah berharap lebih. Kugantungkan harapanku padamu. Kuberikan sepenuhnya perhatianku untukmu. Sayangnya, semua hal itu seakan tak kaugubris. Kamu di sampingku, tapi getaran yang kuciptakan seakan tak benar-benar kaurasakan. Kamu berada di dekatku, namun segala perhatianku seperti menguap tak berbekas. Apakah kamu benar tidak memikirkan aku? Bukankah kata teman-temanmu, kamu adalah perenung yang seringkali menangis ketika memikirkan sesuatu yang begitu dalam? Temanmu bilang, kamu melankolis, senang memendam, dan enggan bertindak banyak. Kamu lebih senang menunggu. Benarkah kamu memang menunggu? Apalagi yang kautunggu jika kausudah tahu bahwa aku mencintaimu? Tak mungkin kau tak tahu ada perasaan aneh di dadaku. Kekasihku yang belum sempat kumiliki, tak mungkin kau tak memahami perjuangan yang kulakukan untukmu. Kamu ingin tahu rasanya seperti aku? Dari awal, ketika kita pertama kali berkenalan, aku hanya ingin melihatmu bahagia. Senyummu adalah salah satu keteduhan yang paling ingin kulihat setiap hari. Dulu, aku berharap bisa menjadi salah satu sebab kau tersenyum setiap hari, tapi ternyata harapku terlalu tinggi.Semua telah berakhir. Tanpa ucapan pisah. Tanpa lambaian tangan. Tanpa kaujujur mengenai perasaanmu. Perjuanganku terhenti karena aku merasa tak pantas lagi berada di sisimu. Sudah ada seseorang yang baru, yang nampaknya jauh lebih baik dan sempurna daripada aku. Tentu saja, jika dia tak sempurna kautak akan memilih dia menjadi satu-satunya bagimu. Setelah tahu semua itu, apakah kamu pernah memahami sedikit saja perasaanku? Ini semua terasa aneh bagiku. Kita yang dulu sempat dekat, walaupun tak punya status apa-apa, meskipun berada dalam ketidakjelasan, tiba-tiba menjauh tanpa sebab. Aku yang terbiasa dengan sapaanmu di pesan singkat harus (terpaksa) ikhlas karena akhirnya kamu sibuk dengan kekasihmu itu. Aku berusaha memahami itu. Setiap hari. Setiap waktu. Aku berusaha meyakini diriku bahwa semua sudah berakhir dan aku tak boleh lagi berharap terlalu jauh. Jika aku bisa langsung meminta pada Tuhan, aku tak ingin perkenalan kita terjadi. Aku tak ingin mendengar suaramu ketika menyebutkan nama. Aku tak ingin membaca pesan singkatmu yang lugu tapi manis. Sungguh, aku tak ingin segala hal manis itu terjadi jika pada akhirnya kamu menghempaskan aku sekeji ini. Kalau kau ingin tahu bagaimana perasaanku, seluruh kosakata dalam miliyaran bahasa tak mampu mendeskripsikan. Perasaan bukanlah susunan kata dan kalimat yang bisa dijelaskan dengan definisi dan arti. Perasaan adalah ruang paling dalam yang tak bisa tersentuh hanya dengan perkatan dan bualan. Aku lelah. Itulah perasaanku. Sudahkah kau paham? Belum. Tentu saja. Apa pedulimu padaku? Aku tak pernah ada dalam matamu, aku selalu tak punya tempat dalam hatimu. Setiap hari, setiap waktu, setiap aku melihatmu dengannya; aku selalu berusaha menganggap semua baik-baik saja. Semua akan berakhir seiring berjalannya waktu. Aku membayangkan perasaanku yang suatu saat nanti pasti akan hilang, aku memimpikan lukaku akan segera kering, dan tak adalagi hal-hal penyebab aku menangis setiap malam. Namun sampai kapan aku harus terus mencoba?Sementara ini saja, aku tak kuat melihatmu menggenggam jemarinya. Sulit bagiku menerima kenyataan bahwa kamu yang begitu kucintai ternyata malah memilih pergi bersama yang dia cowok yg baru kamu kenal. Tak mudah meyakinkan diriku sendiri untuk segera melupakanmu kemudian mencari pengganti.Seandainya kamu bisa membaca perasaanku dan kamu bisa mengetahui isi otakku, mungkin hatimu yang beku akan segera mencair. Aku tak tahu apa salahku sehingga perkenalan kita selamat 2 tahun lebih berakhir seperti ini. Aku baru saja mencicipi cinta, tiba-tiba terhempas dari dunia mimpi ke dunia nyata. Tak penasarankah kamu pada nasib yang membiarkan kita kedinginan seorang diri tanpa teman dan kekasih? Aku menulis ini ketika mataku tak kuat lagi menangis. Aku menulis ini ketika mulutku tak mampu lagi berkeluh. Aku mengingatmu sebagai sosok yang pernah hadir, meskipun tak pernah benar-benar tinggal. Seandainya kau tahu perasaanku dan bisa membaca keajaiban dalam perjuanganku, mungkin kamu akan berbalik arah memilihku sebagai tujuan. Tapi, aku hanya persinggahan, tempatmu meletakan segala kecemasan, lalu pergi tanpa janji untuk pulang.Semoga kautahu, aku berjuang, setiap hari untuk melupakanmu. Aku memaksa diriku agar membencimu, setiap hari, ketika kulihat kamu bersama kekasih barumu. Aku berusaha keras, setiap hari, menerima kenyataan yang begitu kelam.Bisakah kaubayangkan rasanya jadi orang yang setiap hari terluka, hanya karena ia tak tahu bagaimana perasaan orang yang mencintainya? Seandainya kamu rasanya jadi aku yang setiap hari harus melihatmu dengannya? Bisakah kaubayangkan rasanya jadi seseorang yang setiap hari menahan tangisnya agar tetap terlihat baik-baik saja? Kamu tak bisa. Tentu saja. Kamu tidak akan bisa. Selamat tinggal. Dari seseorang yg selalu menyayangimu secara diam-diam 2 tahun yg lalu.

Sabtu, 10 Oktober 2015

Lihat, air matanya?

Apa yang paling dinanti seorang wanita yang baru saja menikah? Sudah pasti jawabannya adalah : k-e-h-a-m-i- l-a-n. Seberapa jauh pun jalan yang harus ditempuh, Seberat apa pun langkah yang mesti diayun, Seberapa lama pun waktu yang harus dijalani, Tak kenal menyerah demi mendapatkan satu kepastian dari seorang bidan: p-o-s-i-t-i- f.Meski berat, tak ada yang membuatnya mampu bertahan hidup kecuali benih dalam kandungannya. Menangis, tertawa, sedih dan bahagia tak berbeda baginya, karena ia lebih mementingkan apa yang dirasa si kecil di perutnya. Seringkali ia bertanya? menangiskah ia? Tertawakah ia? Sedihkah atau bahagiakah ia di dalam sana? Bahkan ketika waktunya tiba, tak ada yang mampu menandingi cinta yang pernah diberikannya, ketika itu mati pun akan dipertaruhkannya asalkan generasi penerusnya itu bisa terlahir ke dunia. Rasa sakit pun sirna, ketika mendengar tangisan pertama si buah hati, tak peduli darah dan keringat yang terus bercucuran. Detik itu, sebuah episode cinta baru saja berputar. Tak ada yang lebih membanggakan untuk diperbincangkan selain anak. Tak satu pun tema yang paling menarik untuk didiskusikan bersama rekan sekerja, teman sejawat, kerabat maupun keluarga, kecuali anak. Si kecil baru saja berucap "Ma?" segera ia mengangkat telepon untuk mengabarkan ke semua yang ada di daftar telepon. Saat baru pertama berdiri, ia pun berteriak histeris, antara haru, bangga dan sedikit takut si kecil terjatuh dan luka. Hari pertama sekolah adalah saat pertama kali matanya menyaksikan langkah awal kesuksesannya. Meskipun disaat yang sama, pikirannya terus menerawang dan bibirnya tak lepas berdoa, berharap sang suami tak terhenti rezekinya. Agar langkah kaki kecil itu pun tak terhenti di tengah jalan. "Demi anak", "Untuk anak", menjadi alasan utama ketika ia berada di pasar berbelanja keperluan si kecil.Saat ia berada di pesta seorang kerabat atau keluarga dan membungkus beberapa potong makanan dalam tissue. Ia selalu mengingat anaknya dalam setiap suapan nasinya, setiap gigitan kuenya, setiap kali hendak berbelanja baju untuknya. Tak jarang, ia urung membeli baju untuk dirinya sendiri dan berganti mengambil baju untuk anak. Padahal, baru kemarin sore ia membeli baju si kecil. Meski pun, terkadang ia harus berhutang. Lagi-lagi atas satu alasan, demi anak. Di saat pusing pikirannya mengatur keuangan yang serba terbatas, periksalah catatannya. Di kertas kecil itu tertulis: 1. Beli susu anak; 2. Uang sekolah anak. Nomor urut selanjutnya baru kebutuhan yang lain. Tapi jelas di situ, kebutuhan anak senantiasa menjadi prioritasnya. Bahkan, tak ada beras di rumah pun tak mengapa, asalkan susu si kecil tetap terbeli. Takkan dibiarkan si kecil menangis, apa pun akan dilakukan agar senyum dan tawa riangnya tetap terdengar.Ia menjadi guru yang tak pernah digaji, menjadi pembantu yang tak pernah dibayar, menjadi pelayan yang sering terlupa dihargai, dan menjadi babby sitter yang paling setia. Sesekali ia menjelma menjadi puteri salju yang bernyanyi merdu menunggu suntingan sang pangeran. Keesokannya ia rela menjadi kuda yang meringkik, berlari mengejar dan menghalau musuh agar tak mengganggu. Atau ketika ia dengan lihainya menjadi seekor kelinci yang melompat-lompat mengelilingi kebun, mencari wortel untuk makan sehari-hari. Hanya tawa dan jerit lucu yang ingin didengarnya dari kisah-kisah yang tak pernah absen didongengkannya. Kantuk dan lelah tak lagi dihiraukan, walau harus menyamarkan suara menguapnya dengan auman harimau. Atau berpura-pura si nenek sihir terjatuh dan mati sekadar untuk bisa memejamkan mata barang sedetik. Namun, si kecil belum juga terpejam dan memintanya menceritakan dongeng ke sekian. Dalam kantuknya, ia pun terus mendongeng.Tak ada yang dilakukannya di setiap pagi sebelum menyiapkan sarapan anak-anak yang akan berangkat ke sekolah. Tak satu pun yang paling ditunggu kepulangannya selain suami dan anak-anak tercinta. Serta merta kalimat,"sudah makan belum?" tak lupa terlontar.saat baru saja memasuki rumah. Tak peduli meski si kecil yang dulu kerap ia timang dalam dekapannya itu, sekarang sudah menjadi orang dewasa yang bisa saja membeli makan siangnya sendiri di Sekolahnya.Hari ketika si anak yang telah dewasa itu mampu mengambil keputusan terpenting dalam hidupnya, untuk menentukan jalan hidup bersama pasangannya, siapa yang paling menangis? Siapa yang lebih dulu menitikkan air mata? Lihatlah sudut matanya, telah menjadi samudera air mata dalam sekejap. Langkah beratnya ikhlas mengantar buah hatinya ke kursi pelaminan. Ia menangis melihat anaknya tersenyum bahagia dibalut gaun pengantin. Di saat itu, ia pun sadar, buah hati yang bertahun-tahun menjadi kubangan curahan cintanya itu tak lagi hanya miliknya. Ada satu hati lagi yang tertambat, yang dalam harapnya ia berlirih, "Masihkah kau anakku?"Saat senja tiba. Ketika keriput di tangan dan wajah mulai berbicara tentang usianya. Ia pun sadar, bahwa sebentar lagi masanya kan berakhir. Hanya satu pinta yang sering terucap dari bibirnya, "Bila ibu meninggal, ibu ingin anak-anak ibu yang memandikan. Ibu ingin dimandikan sambil dipangku kalian". Tak hanya itu, imam shalat jenazahpun ia meminta dari salah satu anaknya. "Agar tak percuma ibu mendidik kalian menjadi anak yang shalih & shalihat sejak kecil," ujarnya Duh ibu, semoga saya bisa menjawab pintamu itu kelak. Bagaimana mungkin saya tak ingin memenuhi pinta itu? Sejak saya kecil ibu telah mengajarkan arti cinta sebenarnya. Ibulah madrasah cinta saya, Ibulah sekolah yang hanya punya satu mata pelajaran, yaitu "cinta". Sekolah yang hanya punya satu guru yaitu "pecinta". Sekolah yang semua murid-muridnya diberi satu nama:"anakku tercinta". Dari anakmu Deni Kurniawan. Jakarta, 11-Oktober-2015

Selasa, 06 Oktober 2015

Apa kabar, Sahabat?”

Apa kabar, Sahabat?”

Rasanya canggung sekali menyebut“sahabat” mengingat kita biasa bertukar sapaan kasar. Gue yang nyaman menyapamu dengan “Pik”. Dan kau pun lebih suka memanggil gue dengan “cek”. Hehehe. Nama-nama yang sekenanya memang justru menjadikan kita terikat erat, ‘kan? Oiya sekarang ulang tahun TNI yg ke-70 ya. “Apa sekolah lu di Kalimantan cukup menyenangkan? Ataukah rutinitas menjadi TNI justru membuat lu bosan? Mungkinkah lu masih bergelut dengan segala remeh-temeh dunia tentara?”Entahlah.

Dulu semasa kita masih duduk sebangku di Sekolah, gue tak canggung-canggung cerita berbagi mimpi dan rencana-rencana gila. Tentang angan melanjutkan kuliah, membangun bisnis Restoran, hingga ingin mengirim orang tua naik haji.

Iya, memang sudah selayaknya gue bekerja dalam diam. Tanpa angan yang perlu diumbar dan cukup fokus saja mewujudkan harapan jadi kenyataan. Tapi kawan, gue butuh lu yang tak bosan-bosan memberi dukungan. Meski cara lu memberi motivasi adalah menyebut gue sebagai pecundang. Ya, gue masih terus lekat-lekat mengingat lu yang pernah berujar;

“Suatu saat nanti kita pasti bisa bertemu di jalan dengan jas almamater kebanggaan lu sebagai aktivis, dan baju kebanggaan gue sebagai tentara"katamu

Sekali lagi, tak ada yang berbeda meski kita terpisah jarak, ruang, maupun waktu. Gue disini sedang lekat-lekat mengingat tentang kita. Lu pun pasti tak begitu saja melupakan gue sebagai kawan terbaik.

Meski hari ini kita tak sedang duduk bersisian. Gue kirim kau selembar tulisan mengenang kawan. Sekadar pengingat bahwa lu tak pernah sendirian. Secarik penyemangat karena lu tak akan kesepian.


Dari sahabatmu, Jakarta, 06 - Oktober - 2015.

Kamis, 24 September 2015

Bapak, Ibu Guruku,

Bapak, Ibu Guruku,

Assalamualaikum.

Bagaimana kabar Bapak dan Ibu saat ini? sebelumnya mohon maaf lahir dan batin? Mungkin Bapak-Ibu sudah tak mengingatku. Rambutku sudah tak gondrong dulu ,sekarang lebih rapi karena prosedure pekerjaan, tinggiku pun bisa jadi sudah setara dengan kalian. Suaraku telah matang, berubah menjadi orang dewasa berbeda saat Bapak-Ibu mendidikku di sekolah dulu.

Hari ini tanggal 24 - September - 2015,
aku menulis suratmu buat Bapak Ibu guru.

Mungkin engkau sedang letih setelah sibuk mengajar di sekolah. Atau capai, karena harus mempersiapkan pembagian daging sapi/kambing kepada murid-murid. Tapi aku hanya ingin engkau tahu, aku sangat berterima kasih atas semuanya. Maafkan aku yang membebani pikiranmu dengan kenakalan-kenakalanku dulu. Maafkan aku yang seringkali tidak mematuhimu. Maafkan aku yang jarang sekali menyapamu untuk hanya sekedar menanyakan "Apa kabar, Bapak-Ibu?” Maafkan aku yang lupa bagaimana berterima kasih padamu.

Ketahuilah, jika sekarang aku lebih pintar menulis, itu bukan berarti aku lebih hebat darimu. Engkaulah yang mengantarkanku ke pintu-pintu pengetahuan yang lebih maju. Bagaimana bisa aku sombong di depanmu? Bahkan engkaulah alasan kenapa aku mampu mengetik surat ini sekarang. Tidakkah kau ingat, ketika aku masih salah menulis abjad dan angka? Jelek ya tulisanya kalian pun tak tau apa yang aku tulis. :)

Aku yang sudah tumbuh besar, bukan lagi anak ingusan yang belajar membaca aksara. Engkau yang mengajarkanku untuk membaca tentang kehidupan yang ternyata tidak sesederhana menghafalkan puisi-puisi penulis terkenal.

Bapak dan Ibulah yang pernah bertanya padaku dulu: “Apa cita-citamu nak?”

Hehe waktu masih sekolah mungkin aku mantap menjawab pertanyaan itu, namun semakin besar, semakin aku ragu. Tak jarang, engkau menanyakan itu berulang kali. Dengan sabar, engkau terus menyalakan semangat bermimpi dalam hidupku. Tidak pernahkan engkau juga memikirkan masa depanmu sendiri? Misalnya… tentang kenaikan gaji misalnya ya pak/bu.

Tentu pernah kan. Bagaimanapun engkau manusia dewasa, punya keluarga yang harus mesti disuapi. Tak jarang aku berpapasan padamu di sore hari, sepulang sekolah. Aku sedang duduk-duduk di warung bersama teman-teman, sementara engkau baru pulang dari tempatmu mengajar.
Ya, agar anak-anak Indonesia lebih hebat dari anak-anak luar negeri.
Aku malu saat itu, ketika sadar begitu berat tanggung jawabmu sebagai guru.

Hingga detik ini, aku selalu mengingat matamu saat mengajar
Dulu tidak sedikit dari sahabatku, anak didikmu, yang nakal. Membolos, menyontek, merokok, sampai menggunakan fisik untuk bertengkar. Lalu kadang engkau dapati sahabatku pergi melompati pagar sekolah, lalu engkau menghukum dia (namanya rahasia) berdiri di lapangan. Terik, malu, dan tentu saja aku kesel melihat sahabatku dari kecil di perlakukan seperti itu.

Saat itu aku jadi membencimu dengan sangat. Menyumpah-nyumpah bahwa engkau adalah guru yang jahat, galak dan menyebalkan.
Tak jarang, aku kesal pada aturan yang engkau terapkan. Belum lagi kau memaksaku mengerjakan banyak hal. Menggarap berbagai soal mungkin masih bisa kuterima… namun mendengarkan ceramahmu yang membosankan? Ah! Buat apa?
Nilai-nilaiku tak selalu yang menjadi terbaik di kelas. Bahkan, motivasiku untuk belajar pun turun-naik.
Tapi kau tak melihatku sebagai anak yang malas. Kau memutuskan melihat lebih jauh, menyadari bahwa bocah yang terlihat tak peduli ini sebenarnya krisis kepercayaan diri. Memang benar, aku selalu merasa bahwa aku tak mampu. Ada satu masa dimana aku lelah harus mengejar pelajaranku.

Engkaulah yang selalu mendoakan kami “murid-muridku pasti bisa.”

Tentu itu tak langsung menjadikanku murid yang cerdas. Aku akan menangis seharian, menyalahkan guru yang tidak becus mengajariku. Jauh di dalam hati kecilmu, sesungguhnya engkau yang menangis lebih lama dariku kan pak/bu. Tentu kau berhak merasa gagal mendidikku. Tapi lambat laun aku tahu, itu bukan semata-mata kesalahanmu. Ini kesalahanku.

Sekarang bolehkah aku bertanya Bapak Ibu, masihkah kesehatanmu terjaga hari ini? bagaimana dlu kau bisa menjaga tenagamu
Setelah pagi mengajar, sore kerja sambilan mungkin ada, malam mengoreksi tugas dan mengurus keluarga sampai-sampai aku ingin sekali bilang pada Pak Jokowi agar hidupmu lebih diperhatikan.

Sekarang, mungkin juga engkau takut dengan pertanyaan-pertanyaanku yang sudah jauh lebih maju dari yang dulu. Mungkin engkau cemas tak lagi bisa “meladeniku.

Aku tidak ingin engkau sering bolos mengajar hanya karena transportasi yang digunakan terlalu jauh, seperti guru hebatku di MTS namanya Pak Baswari berangkat mengajar anaknya masih tidur pulang mengajar anaknya pun masih tidur,

Oiya kalian tau nggk muridmu yang bernama Taufiqqillah sekarang lagi berjuang menjadi TNI di Kalimantan, kalau saya sekarang masih menjadi babu bagian Food and Service di Perusahaan Swasta yang punya orang Denmark, minta doanya ya Pak?Bu, Terimah kasih juga pada Pak Dadang Hamdani yang telah mengajarku B.Inggris sehingga saya bisa berkomunikasi dengan orang Asing dan Pak Mustain yg telah mengajarkanku tentang Agama Islam, Dan masih banyak lagi guru yg hebat dalam hidupku, Pak Baswari, Pak Wahab, Pak Syaifulloh, Bu Sri Atoen, Bu Siti Humairoh Kka Yatty, Bu Iinury, Kka Maya dll.


Terima Kasih Guruku
Pagiku cerahku
Matahari bersinar
Ku gendong tas merahku di pundak
Selamat pagi semua
Ku nantikan dirimu
Di depan kelasmu Menantikan kami..
Guruku tersayang
Guru tercinta
Tanpamu apa jadinya aku
Tak bisa baca tulis
Mengerti banyak hal
Guruku terima kasihku
Nyatanya diriku kadang buatmu marah
Namun segala maaf kau berikan

Lagu ini sering di nyanyikan sebelum memulai pelajaranku di SMK namanya Pak Deni Atmawijaya dialah yg mengajarkanku menulislah dengan hati.



Dari Muridmu...

Senin, 21 September 2015

Aneh, memang

Hari ini seperti ingin menulis masa lalu. Haha semuanya tampak berwarna. Aku sudah melakukan banyak hal sendirian, melatih kemandirian melatih kedewasaan. Kamu mungkin akan menggelengkan kepalamu lebih lama sambil mengamati gerak gerikku. Aku sudah berbeda sekarang. Aku bukanlah aku yang dulu. Bukan hanya aku, kaupun telah berbeda sekarang. Seiring waktu berjalan, semua berubah tanpa persetujuan kita. Tiba-tiba saja aku menjadi seperti ini, dan kamu tak lagi disini. Ya sudahlah its oke tidak ada yang bisa terulang kembali. Hari-hari yang dulu sempat kita lalui bersama kini seperti gelembung basah yang sangat mudah pecah. Realita bicara lebih banyak, sementara aku dilarang bermimpi lebih jauh, apalagi berharap semua akan terulang kembali. Jika dulu kita begitu manis, entah kenapa kini jadi miris, tragis. Memang persepsiku sebagai lelaki saja yang berlebihan, (kayaknya sih :D) mengingat semuanya seperti koreng baru yang dipaksa untuk dicabut dari akarnya. "Sakit" Semua terjadi begitu cepat, seperti kedipan mata, tanpa sebab dan memunculkan banya pertanyaan yang tak pernah kutemukan jawabannya. (tanya pada rumput yang bergoyang Den. :D) Begitu banyak cerita konyol kamu dan aku sehingga kita teryawa seakan dunia takkan pernah berakhir. Menceritakan segala mimpi-mimpi besar. Bolehkah aku bertanya?"masih adakah hal itu dalam ingatanmu?"sudahlah tidak usah menjawab. Aku sudah berusaha menerima, kita semakin dewasa dan semakin berubah, dan bla bla bla bla. Aku sudah berusaha bernafas tanpamu. Berjalan tanpa diiringimu. Menjalani hari tanpa sapaan ceriamu. Makan sateayam di pasar bojong tanpamu. "Sudah" Dan kurasa aku berhasil. Namun diluar dugaanku, pada malam-malam begini, kau masih menetap dikepalaku. Namamu memaksa jadi yang utama dikepalaku. Aneh memang, aku selalu memikirkanmu yang tak pernah memikirkanku. Menyakitkan memang menyakitkan jika harus terus mendewasakan kenangan hanya karena masa lalu terlalu kuat untuk dihancurkan. Apapun yang kita lakukan dulu seperti terhapus begitu saja oleh masa, hari berganti, sejak saat itu juga jantung kita tak lagi mendenyutkan rasa yang sama.Inilah kita yang sekarang. Berusaha melupakan apa yang disebut kenangan. Berusaha melawan ketakutan yang disebabkan perpisahan. Siapapun yang lebih dulu melupakan tak menjamin semua akan benar-benar hilang. Siapapun yang pergi dan siapa yang ditinggalkan, kurasa keduanya sama sakitnya.Kita berdua dulunya saling mencintai. Iya. Kamu dan aku. Sama-sama sayang, sama-sama menginginkan, sama-samamengagumi, sama-sama membutuhkan, meski pada kenyataannya kita tak bisa saling bertemu walau sedang butuh. Tapi ya itulah kita, ah mungkin cuma kamu saja, berfikir bahwa kita tidak mungkin bersatu. Terlalu banyak hal yang dikorbankan dan terlalu banyak yang disakiti agar kita bisa bersama. Itulah kau, seorang yang selalu ingin sempurna. Manusia yang ingin menyenangkan siapa saja dan tak ingin menyakiti.Cinta itu kegawatan sederhana. Dibikin besar karena perasaan-perasaan sementara yang lahir dari endorfin. Kamu tau itu, aku tau ini dan kita berdua menikmatinya. Kita melawan apa yang kita pikir bisa kita taklukan. Kamu hanya menyerah pada dirimu sendiri, sedangkan aku menyerah pada apapun yang membuatmu berhenti. Cinta sesederhanaitu, seperti menyiapkan sarapan pagiku di sekolah. Segelas susu dan sebuah nasi. Kebahagiaan seharusnya tidak serumit itu, Bukan? Bukankah semua orang punya pilihan dan setiap pilihan punya konsekwensi. Kau bukannya tak mau memilih. Kau takut pada akibat dari pilihan itu. Kita semua takut. Tapi kau harus tahu kau tak akan menjalani ketakutan itu sendirian. Kebersamaan adalah kekuatan. Kau tak akan sendirian menghadapi hidupyang tengik dan bacin ini. Aku akan berada bersamamu sebagai rekan bajak laut yang siap sedia merebut kebahagiaan. Iya, bersamamu, Yasudah aku takan memaksa, sudah biarkan! Males ngelanjutinya tulisanya.

Selasa, 21 Juli 2015

Surat terbuka untukmu?

Assalamu’alaikum.. Sebelumnya aku minta maaf udah lancang nulis ini ke kamu, tapi kamu tenang aja, ini bukan tulisan cinta. Aku tuli ini karena aku sadar sekarang keadaan kamu sama aku uda nggk kaya dulu lagi, kita udah beda. Kita udah ga bisa serin bercandaan lewat sms atau sering ngeluangin waktu buat ketawa jadi aku pikir, jalan satu-satunya untuk membuat kamu tau apa yg aku rasain itu cuma nulis ini. Sebenernya banyak yg pengen aku omongin ke kamu, tapi aku sadar, banyak faktor yg ngbuat aku ga bisa ngomong itu secara langsung ke kamu, apa lagi yang pengen aku omongin nggk sedikit. Lewat tulisan ini, aku pengen nge’luarin semua apa yg pengen aku omongin ke kamu. Cukup lewa tulisan ini walaupun secara ga langsung. Ga perlu buru-buru baca tulisannya ya Han, dan nggk harus langsung selesai nge’bacanya. Aku ga berharap kamu utamai tulisan ini diatas kepentingan kamu. Sesempetnya kamu aja, kalo kamu ada waktu luang. Dear Hany.. Aku kadang merasa sulit mengatakan apa yang aku rasakan, tetapi aku berharap kita tidak akan pernah membiarkan apapun yang sudah kita miliki bersama ini sirna. Tak peduli apakah kita terpisah ribuan mil ataupun hanya sejengkal. Karena kau telah meninggalkan bekas di hatiku. Kau telah memenuhi hati dan pikiranku dengan kenangan yang cukup banyak untuk kusimpan. Kehadiranmu adalah suka cita yang istimewa, dan aku ingin kau tau, bahwa untuk semua yang telah kita lalui bersama selama 6 bulan semuasaat-saat serius dan konyol ternyata membekas di hatiku, aku sangat menghargaimu.. Kamu tau nggk aku menulis ini sambil membayangkan senyummu saat menyambutku dan membaca tulisanku. Mungkintulisan ini terakhir yang aku tulis untukmu. Setelah kamu membaca tulisan ini, kamu tak perlu menunggu tulisan berikutnya, karena aku sudah tak bisa lagi menulis untukmu. Bukan karena malas menulis, bukan karena aku bosan, bukan karena aku gak kangen kamu, tapi karena semua harus segera kita akhiri. Kamu tau Han, ada saatnya kita harus berhenti mencintai orang yang sangat kita sayangi, ada saatnya kita harus melepas orang yang tak pernah ingin kita tinggalkan, bukan karena lelah mencintaimu, bukan karena bosan bersamamu, tapi karena aku sadar kamu akan lebih bahagia jika tanpaku. Dan aku tidak ingin menjadi hujan di musim yang salah bagimu. Kamu tau Han, aku menyayangimu sebesar apa yang tak pernah bisa kamu ukur, jika aku meninggalkanmu, bukan karena aku mampu, bukan karena aku sanggup tapi karena aku harus meninggalkanmu. Hidup memang terkadang sulit di mengerti, tapi ini hanya 1 titik dari jutaan skenario sang penggenggam alam. Aku selalu merasa kamu adalah orang yang paling tepat untukku, tapi hidup manusia selalu di dihadapkan dengan pilihan, aku harus memilih yang paling tepat diantara ratusan yang tepat, mungkin itu yang dianggap lebih pantas untukku dan tentu saja untukmu. Kamu tak perlu sedih karena aku meninggalkanmu karena mungkin kamu lebih membutuhkan dia daripada aku, sang penguasa alam ini akan memberikan yang kita butuh bukan yang kita pinta, dan itu yang terbaik untukmu dan tentu saja untukku. Kamu tau Han, aku tak pernah bosan menunggumu, aku tak pernah bosan bersamamu, akupun tak pernah bosan mengukir namamu di hatiku, aku senang bisa mengenalmu, aku bahagia melihatmu tersenyum, tapi aku tak bisa membohongi diriku sendiri, aku terluka saat aku melihat matamu bukan bayanganku yang terpancar disana, tapi mungkin ada lelaki lain yang telah membuatmu bahagia. Aku mencintaimu, aku menyayangimu, aku menginginkanmu tapi akupun tak ingin menari di atas tangisanmu. Jika kamu tak mampu memilih, jika kamu tak ingin melukai dia, dan jika kamu tak sanggup melukaiku, maka akulah yang harus berhenti mencintaimu, akulah yang akan mencoba melepaskanmu. Kamu tau Han, ini keputusanku yang sangat sulit, berat meninggalkanmu yang sangat aku sayang. Hatiku pun terluka karena aku harus meninggalkanmu, orang yang selalu membuatku merasa berarti. Tapi sayang, meski ini berat, meski ini sangat sulit, dan sangat membuatku terluka aku tetap harus mencoba dan berusaha demi kamu, orang yang paling aku sayang. Aku sudah tak ingin melihatmu berbohong untuk melindungi perasaanku dan berbohong pula untuk melindungi perasaan ini aku ingin membantumu kembali menjadi wanita yang tegar yang pertama kali kukenal. Aku ingin melihatmu bahagia, meski kebahagiaanmu bukan karenaku, meski kebahagiaanmu bukan bersamaku, tapi percayalah aku bahagia melihatmu bahagia. Maafkan aku Han, karena sudah datang dikehidupanmu maafkan aku yang telah menyayangimu. Setelah kamu selesai membaca tulisanku ini, kamu tak perlu membalasnya, tak perlu menungguku, tak perlu memberiku kabar, dan kamu pun tak perlu mencariku. Jika suatu saat nanti takdir mempertemukan kita kembali, diwaktu yang berbeda, tempat yang berbeda dan mungkin kamupun sudah berbeda, tetaplah tersenyum kepadaku agar aku tau keputusanku hari ini telah membuatmu bahagia. Percayalah aku akan tetap tersenyum kepadamu bahkan disaat kamu merasa duniapun sudah tak ingin tersenyum kepadamu. Aku sayang kamu, Han :'(

Semoga kamu membacanya?

Aku kadang merasa sulit mengatakan apa yang aku rasakan, tetapi aku berharap kita tidak akan pernah membiarkan apapun yang sudah kita miliki bersama ini sirna. Tak peduli apakah kita terpisah ribuan mil ataupun hanya sejengkal. "Aku memilih berjuang tanpa banyak kata, bukankah cinta dalam diam itu lebih menyenangkan? Kamu jelas biasa-biasa saja. Badanmu kecil, matamu sipit. Tidak ada sisi dari dirimu yang membuatku ingin mengungkapkan kata-kata pujian istimewa.Kita nyaman dan saling mendoakan?"sudah itu saja? Baru denganmu aku belajar mengolah rasa. Tidak semua isi hati perlu diketahui dunia. Beberapa malah lebih indah kalau tetap dalam hati. Orang lain tak lagi bisa sekilas tahu apa yang sedang terjadi di hatiku. Jika sebelumnya tulisanku di social media serta merta langsung di pahami, kini lebih bisa kita kendalikan kuatnya rasa itu. Jelas ada rasa bahagia setiap kali melihatmu muncul di obrolan facebook ku Sebab itu tandanya kita akan bisa berbincang. Membuatku ingin kamu berada di sisi lebih lama.Tapi kamu memang kalender semua agenda biasa. Bercakap denganmh tak lagi kubutuhkan banyak legitimasi dari dunia. Membaca pesanmu, berbincang ringan denganmu di akhir hari sampai malam tiba, berbagi ide-ide aneh yang kata orang setengah gila sudah cukup membuatku bahagia. Bersama pelan-pelan kita mengerti keadaan?Bukankah hubungan tak jauh beda dari maraton panjang yang melibatkan beberapa estape melelahkan? Dalam prosesnya kita harus cerdik menjaga kondisi. Mulai dari jauh-jauh hari mempersiapkan diri, agar garis finish bisa dengan sukses dilewati. Terlalu bersemangat mengayuhkan kaki bisa jadi bumerang yang menyakiti diri. Minum terlalu banyak di awal hari malahmembuat kita tak sanggup melanjutkan berlari. Perlahan, kau dan aku belajar untuk makin menerima keadaan. Kita akui kita memang saling jatuh hati. Namun tak ada hal yang membuat kita harus berlebihan mengabarkan semua yang sedang dijalani. Rasa yang tenang justru menguatkan ikatan ini.Dalam diam hubungan ini sungguh-sungguh kupersiapkan.Buatku kamu adalah seperti sahur yang tertata, akan siap kusambut dirimu saat berbuka. Ada orang yang rela berupaya sekuat itu untukmu. Apakah kamu peka?"Tak perlu khawatir, ada seseorang yang bersedia mengabdikan sebagian besar waktu hidupnya untuk mewujudkan mimpi-mimpimu.Sebelumnya aku harus minta maaf atas kekecewaan. Sesekali kurelakan waktu kerjaku untuk mengabarkanmu,Namun di situ perjuanganku tak lagi perlu diragukan. Kamu punya seseorang yang rela di maki-maki sama bos nya hanya untuk sms."kamu udah makan belom? Bagiku kamu adalah sahur yang kupersiapkan dengan sebaik-baiknya. Buatmu aku tak keberatan harus makan kurma, mengolah masakan berbahan dasar gandum demi tersedianya tenaga, sampai berusaha membatasi perilaku agar ibadah tetap terjaga. Jika proses mempersiapkan diri untukmu saja kuatur apik begini, bukankah berbuka puasa denganmu nanti adalah halyang harusnya sangat disyukuri? Kamu tak perlu takut merasa kurang dicintai. Tak perlu meragukan kuatnya rasaku. Kita boleh jadi tidak sesering itu bisa bertemu, kamu pun merasa aneh sebab hanya sesekali dimanjakan oleh kata-kata manisku. Aku hanya ingin kamu tahu, bukan di sisi itu permainan yang sedang kubangun bersamamu. Lebih ingin kubangun hubungan yang melibatkan kerjasama antara dua orang dewasa, penuh kompromi saat berbagai masalah tiba. Ikatan yang membuat kita sama-sama berkembang dalam bidang yang sama. Semua itu membutuhkan tindakan nyata, bukan sekadar membungkus kata-kata biasa dengan manisnya gula-gula.Sebab kini kusadari cinta adalah kata kerja yang harus di buktikan. :) Jakarta,14 Juli 2015

Minggu, 10 Mei 2015

Kamu adalah Apa yang selalu Aku tulis

Kamu adalah
Apa yang selalu
Aku tulis

Kamu adalah
Apa yang selalu
Aku sirami

Kamu adalah
Apa yang selalu
Aku jaga

Kamu adalah
Apa yang selalu
Aku rawat

Kamu adalah
Apa yang selalu
Aku perhatikan

Kamu adalah
Apa yang selalu
Aku rindukan

Kamu adalah
Apa yang selalu
Aku tangiskan

Kamu adalah
Apa yang selalu
Aku pejamkan

Kamu adalah
Apa yang selalu
Aku mimpikan

Kamu adalah
Apa yang selalu
Aku genggam

Tapi ...

Aku adalah
Apa yang tak pernah
Kamu baca

Jakarta, 10 Mei 2015

Minggu, 08 Maret 2015

Tidak ada batas bagi imajinasi

Ketika impian itu tinggallah angan-angan disaat harapan Pupus di tengah jalan, yang ada hanyalah kesedihan.

Kau tahu hidup memang tak sesuai dengan harapan dan keinginan ada rasa iri dalam hati ketika mereka bisa mudah mendapatkan segala-nya yang di inginkan sedangkan kita untuk mendapatka-nya harus bersusah payah.

Iri melihat mereka bisa bersekolah tinggi menggapai cita-cita tertawa bahagia, sedangkan diri ini bekerja keras terus untuk hidup.

Namun diri ini tetap bahagia, meski hidup ini serba kekurangan dan tak pernah aku menyusahkan orang lain, kerja keras untuk kebahagiaan orang tua, karna kutahu mereka tak menginginkan gelar tinggi dan segudang materi,

-Cukup bisa bersyukur apa yang dimiliki saat ini-

Dan segala yang terjadi, dimulai dengan khayalan. Segala yang anda capai, dimulai dengan angan-angan di pikiran.

Apa yang anda sekarang angankan, bila kita bicara tentang setahun, dua tahun ke depan? Apakah anda melihat masalah, dan segala sesuatu yang berantakan? Ataukah anda melihat peluang dan keberhasilan?

Tidak ada batas bagi imajinasi. Anda boleh mengkhayalkan apa saja. Khayalan tidak bisa dibatasi realitas fisik, kesulitan keuangan, rasa takut, penolakan dan apa saja yang mengurung anda di “dunia nyata”.

Bayangkan masa depan, dan biarkan diri anda melaju dengannya.

Tinggalkan kendala di belakang, dan tampilkan hidup yang ingin anda jalankan.Hidup yang anda ciptakan akan dimulai dari angan anda.



Selasa, 03 Maret 2015

Catatan Harian

Hidup ini memang berputar begitu cepat meski sudah banyak tahun, bulan bahkan hari-hari yang sudah kulewatkan tapi semuanya seakan berlalu begitu saja. Sampai pada hari ini mungkin aku belum akan tahu kemana hidup akan mengarahkan jalanku karena hidup itu layaknya seperti “kejutan” yang akan membawaku pada kebingunganku tentang teka-teki dan maksud-Nya.

“Andaikan bisa menjadi anak keci lagi!”Itu adalah kalimat yang sering keluar dari mulut  orang dewasa ketika merindukan masa kecil mereka,tapi jauh dari pada itu sebenarnya mereka sedang tidak benar-benar merindukan masa kecil mereka  akan tetapi  mereka benar-benar iri melihat keceriaan dan kebebasan yang dirasakan oleh anak-anak kecil yang tak bisa mereka rasakan lagi diusia mereka saat ini.

Masa-masa kecil dianggap masa yang penuh dengan kebebasan bahkan serasa hidup tanpa beban,yang kita tahu dimasa itu hanya bermain dan belajar.Ketika seseorang sudah beranjak dewasa semuanya sudah menjadi berbeda,bahkan kita sudah tidak bisa lagi hidup dengan cara “semau-maunya kita”,sebab kita sudah mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap kehidupan kita saat ini.”Stres” mungkin sudah menjadi hal biasa untuk kita ketika menghadapi begitu banyak permasalahan dan tantangan di usia saat ini,dan semuanya harus dilalui suka ataupun tidak suka sama sekali.Hal ini terkadang membuat kita berfikir,betapa enaknya hidup sebagai anak kecil.

Hidup sebagai “orang dewasa” mungkin terkadang sedikit ribet juga, tapi yang terpenting adalah bagaimana kesiapan mental kita untuk mengadapi hari-hari kita sebagai “orang dewasa”.Meskipun hidup dengan penuh konsekwensi,tidak berarti hidup itu harus menjadi kaku jugakan?karena
hidup adalah tentang menjadi anak-anak atau berpura-pura menjadi dewasa, karena tak ada seorang pun yang sepenuhnya dewasa,itulah mengapa kita masih sering merindukan masa kecil kita.

-Deni Kurniawan-

Minggu, 01 Maret 2015

Ijinkan aku menulis semua ini

"Semua penulis akan mati. Hanya karyanya lah yang akan abadi. Maka tulislah sesuatu yang membahagiakan dirimu di akhirat nanti." (Ali Bin Abi Thalib)

Oleh : Deni Kurniawan

Meski kalian belum tentu sudi menerima kehadiran cerita ini, izinkan aku untuk mencurahkan melalui tulisan sederhana yang mungkin bahkan tak akan pernah sempat kau baca. ''Sahabat, kita saling mengenal meski tak terlalu dalam 3 tahun pertemuan singkat yang mungkin hanya kau anggap angin berlalu, ternyata membekas di ingatanku. Dulu sepertinya tak pernah terbayang memiliki cerita yang begitu indah. Meski malu harus kuakui kini kalian telah menjadikan kenangan dalam hidupku. Tulisan yang dulunya hanya kupersembahkan untuk diriku sendiri, kini harus di bagi dengan orang lain.

''Tahukan kalian, bahwa kehadiran kalian dulu telah membuatku belajar tentang arti kehidupan ini?''inilah adalah cerita tentang rasa rinduku yang telah kuperjuangkan, tanpa tahu akhirnya apa yang harus aku tulis?



Aku kembali untuk menuliskan apa yang ada di masa lalu, masa yang membawaku pada detik ini. Di senja penghujung tahun. Tiga tahun yang membawa cerita, angka tiga yang menyadarkan dan menyandarkan. Sejenak dengan keputusan terbesar dalam sejarah narasiku untuk meninggalkan mereka, bukan hal yang mudah. Tetapi umur yang kuterima lebih dari yang kuharap. Perpisahan yang justru menjadikan indahnya sebuah pertemuan.


Dan adilnya waktu, tak pernah sedetik pun membuatku lekang, aku dan mereka dengan Almamater berwarna hijau sebagai lambang sekolah kami,
Pertengahan dua ribu dua belas, juga meninggalkan mereka dalam gerimis perpisahan pada hari di mana satu-satunya gerbang yang selama ini memenjarakan aku dan mereka, seragam putih biru-biru yang harus terlepas dengan paksa. Keindahan sejenak itu sirna karena diseretnya aku oleh sang waktu untuk beranjak. Kini, detik kemarin juga membawaku pada detik ini, menginginkanku untuk kembali menuliskan tentang kita dan kalian. tentang kilau kemarin yang menjadikanku kini bermimpi tentang gemintang, lalu beranjak untuk menjadikannya nyata,

Waktu demi waktu yang memisah, tak membuat jengah kita dan kami untuk bertatap lalu saling bercerita, mengenang dan mencairkan kerinduan yang lama mengkristal. Rindu yang selalu terpanggil menjadikanku ada, menjadi kembalinya aku dan sesungguhnya aku, di antara kalian, sejadi-jadinya Narasi demi narasi laksa gravitasi dalam ruang atmosfer yang berbeda seratus delapan puluh derajat dari tempat kakiku menginjak selama ini. Hadir demi kehadiran, penerimaan dan kekalahan adaptasi. buatku belajar banyak hal tentang kalian, tentang kota ini, tentang kita, dan makna “Aku Sayang Kita” yang tak lekang oleh perbedaan. Perbedaan yang menjadikanku indah dengan kenangan,

''Ya, kenangan. Mengajarkan kehadiran dan kebersamaan. Keluarga yang sebenar-benarnya keluarga, bukan sekedar tempat singgah tapi tempat kembali pulang dalam lelah, tidak sekedar raga tapi juga rindu. 
Mereka dan kini, yang nyata, menjadi satu-satunya rumahku di kota ini, masih dan selalu. Sedari kaki menginjak tanah yang penuh keramahan ini, hingga tugas usai kutunaikan. Tak berhenti pada satu waktu, sekedar kembali hanya untuk kembali duduk bersama tanpa ruang dan waktu yang menyekat. Hanya aku dan mereka, keluarga tanpa syarat. Sahabat tanpa kata berlebih, pemaknaan yang berbatas pada kata bersama, dan yang tak berbatas pada perpisahan tanpa arti.


Inilah tentang mimpi dan impian yang dibangun dalam satu atap yang sama, tentang kata hati yang tak pernah berdusta, tentang sebuah keluarga kedua yang tak menghakimi karena kehidupan. Hanya tentang sebuah rumah untuk kembali, untuk bersama, untuk mencitakan Surga dengan adanya kita, aku dan kalian, aku dan mereka, mereka dan kita. Inilah sebatas cinta yang beriring dalam lafaz untuk kalian. Menemukan keping demi keping artiku, menjadikanku lebih berani menatap sang mentari, kilau yang membunuh retina. Menusuki tanpa geram.



Rumah tanpa batas, ruang tanpa waktu, detik tanpa arloji. MTS.N  11 Jakarta Barat. Di sana aku ada tanpa sengaja dan dengan kesengajaan aku bertahan. Seorang lawan yang menjadi kawan dan sanggup menjadi kuat dengan perlawanan. Satu-satunya benteng tak berujung. Pengajar dan pendidik tentang kepemimpinan yang baik. Tentang keluarga dan sahabat. Juga amanah tertinggi terbilang, tidak mengecewakan.


''Ya, sang waktu yang membuatku mengenal sejuta keindahan dari hidup ini. Berada di puncak itu bersama mereka, belajar dan mengajar tentang Agama yang senantiasa mengindahkan, saling menghargai. Bukan waktu yang tak memihak, hanya jalan yang harus ditempuh. Berujung pada kenangan tanpa kata, tanpa sebuah pertemuan. Narasi demi narasi yang menjelma retorika, terpelanting dari logika yang membunuh vaskular, perlahan dan pasti. Merekalah sukma.



Mushollah yang mengkaram kenangan, kegiatan demi kegiatan pengajian yang menjadikan bersama. Itulah kita dan mereka. Aku dan kalian. Juga terselip aku dan dia di antara kita. Benar silih pergantian sang waktu yang tak terkendali, mengganti satu cerita dengan kehadiran cerita yang anggun lainnya.
Semua memang selalu memiliki ruang tersendiri dan entah, kenangan yang pernah hadir, teman yang menjadi bagian dari narasi yang kutulis setiap malam. Juga tak akan lekang oleh ruang. Hanya kata, terima kasih sudah turut hadir mewarnai jalannya cerita ini. Tapi perlu diketahui juga, tidak hanya mereka, tapi juga tentang kalian. Namun sayang, tak terkuak oleh gambar.
Hanya setitik retorika yang ada di lain pihak …,
Warna-warni keluarga , Jakarta dan Kenangan, larut dalam sejarah kebersamaan yang terus merajam agar tak lekang. Hadir dan tak pernah berhenti untuk saling menyapa hingga meski detik tak lagi sama. Di saat pun tiba teriakan tak lagi memekak, alunan menenggelamkan dan membawaku pada dasar palung yang tak tertuai oleh kata,  ''jiwa yang menggentar muda dalam realita.''



Kembali teman dan keluarga. Mengajarkan banyak hal tentang sebenar-benarnya kehidupan.
Menjadi bagian sebagai orang yang terlibat dalam cerita itu menyenangkan, bertemu orang-orang baru, pengalaman baru, yang tidak berkutat pada kehidupan dan kebisingan semata.
Menemui bagian terpenting dari narasi segala-gala narasi yang hadir. Sahabat tanpa syarat. Penerimaan tanpa kata. Keluarga dari segala-gala keluarga. Mereka yang menjadi kalian, dan kini menjadi kita, dan selamanya kita.
Seorang Guru yang tak sekedar Guru, yang cintanya tak sekedar cinta manusia. iya seorang guru dan cover biru langitku adalah bukti kebenaran cinta tak berujung. Bukti sebuah kekuatan tanpa kata.
Cinta demi cinta lain menampak jelas tanpa kaburan sang senja yang meringkuk mundur, sejenak. Tapi juga sahabat yang menjadi keluarga tanpa isyarat. Menjadikanku berarti dengan sejuta cinta yang dipersembahkannya untuk semesta. Dan lebih sanggup untuk ada. Bukanlah ujung dari segala ujung, hanya awal dari kenyataan. Lingkaran kincir yang beradu, antara impian dan kenyataan. Bahwa kembali kata pisah yang harus ditemui, bukan akhir, tapi awal untuk bertemu kembali, dipertemukan oleh kehidupan. Aku, kamu, dan kalian, juga kita, karena benar adanya “Aku Sayang Kita” yang tak kan pernah lekang oleh ruang dan sang arloji bisu. Pertengahan 2012 yang paling gamang untukku.



Tapi inilah yang terpenting dari sekian perjalanan singkat narasi , Yang menjadiku lebih dari sekedar kata sanggup. Yang menjadikan lebih dari sekedar berarti, meski tanpa kata, tanpa syarat, dan tanpa isyarat. Di sinilah impian di bangun bersama kita. Tentang sebuah keluarga, sahabat, juga persaudaraan. Orang-orang yang hadir dalam narasi jemariku, silih berganti namun tak akan pernah lekang barang sejentik.
Inilah satu-satunya impian yang ingin kubangun di masa depan. Di tahun bilamana waktu masih mengijinkanku berada di sana, tentang sebuah cinta, tentang suatu keluarga, tentang kecintaan akan damai sabana dalam senja, yang diharumi oleh kesucian kelopak-kelopak melati.

''Yaaa, Ini menjadi catatan narasiku, catatan terindah yang pernah kubuat. Arti demi arti dari sebuah kehadiran, pemaknaan dalam sejentik kebersamaan. Biarkan sejuta gemintang di cakrawala aksara, jingga sang senja, dan keharuman melati mewakili rasaku, untuk dibisikkan ke hati kalian yang telah bersedia hadir, terima kasih untuk segala cinta ini …,
Sampai bertemu di masa depan …, impian.

"selamat datang harapan."


Masa lalu memang menyimpan kenangan, tapi itu bukan alasan tuk tak melangkah ke depan.

Selama kamu punya kenangan, masa lalu tak akan mampu kamu lupakan. Namun selama kamu punya teman, saat ini pasti menyenangkan.

Masa lalu dengan mantan mungkin mengabarkan kenangan keindahan, tapi yang pasti mengajarkan langkah baik ke depan.

Yah namanya juga masa lalu pastilah ada kenangan pahit manisnya, dan yang terpenting itu jgn bawa masa lalumu ke masa depanmu!

Bukan rasa sakit yang buat kamu enggak bisa bertahan, tapi ingatan, kenangan, dan masa lalu.

Mantan: 6 huruf.punya banyak arti yg membekas di hati, ada yg indah , ada jg yg pahit. Tapi semuanya berakhir sama, menjadi kenangan masa lalu.

Masa lalu tidak akan bisa digantikan oleh apapun dan masa lalu akan selalu menjadi kenangan yangg abadi yang tidak akan pernah bisa dilupakan.

"selamat datang harapan"


Senin, 16 Februari 2015

In Memorial 127



Oleh : Deni Kurniawan

Terkadang ada rasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Rasa yang tidak merata,padahal bermakna. Rasa itulah yang menurutku paling berharga. Entah bagaimana cara mengungkapkannya. Ya, aku lebih dari kata bahagia.
Kalian mempunyai peran penting dalam hidupku. Semua tak lagi kaku ketika aku ada ditengah kalian. Beban yang selalu menumpu padapunggung kita berubah terasa ringan. Tak ada tawa yang selepas tawaku bersama kalian.
Kita menaiki perahu berharap akan berlabuh pada pulau yang indah. Sampai sekarang, kita masih mengayuh perahu itu. Aku berharap perjalanan masih panjang. Meski aku tahu bumi itu bulat. Kita akan kembali pada perjalanan awal. Meski aku tahu lautan tak setenang danau.
Tidak jarang kita berada pada titik ombak dengan gelombang yang selalu menggoyahkan perahu kita.  Berapa kali kita terlempar dari perahu dan tenggelam dilahap ombak. Tapi ada hal yang membuat perahu kita masih menunggu dan mengapung. hal itu adalah kita pemilik perahu itu. Perahu tak akan berenang sendirian. Perahu perlu pengayuh untuk membawanya pada satu tempat. Pengayuh itu adalah kita.
Lautan tidak sesepi  yang terlihat pada permukaan. Tidak setenang dan sedingin yang terlihat. lihatlah ke dalam laut. Di dalamnya ada kehidupan yang lebih indah. Banyak ikan menari bersama para rumput laut di karang yang indah. Mereka masih terus bahagia dibalik ombak yang besar. Untuk melihat keindahan itulah kita harus tenggelam.
Perahu melempar kita dengan alasan. Dan dengan harapan kita bisa kembali ke permukaan dan melanjutkan perjalanan. Walau hanya ada perahu,kita dan lautan. Tapi kita harus tetap menjalani kebahagiaan. Semuan akan terasa ramai pada hamparan air yang luas.
Rasanya aku ingin mengumumkan pada dunia. Bahwa aku mempunyai sahabat seperti kalian. Aku ingin menunjukan betapa bangganya aku ada di tengah kalian. Seisi dunia akan iri melihat kita. Terutama orang-orang yang tak suka membiarkan senyum terpancar pada wajah kita.
Kenakalan yang kita lalui yang membuatku tertawa sekarang. Betapa lucunya tingkah kita di SMK PRIMA WISATA ini. Betapa hangatnya pelukan kita di kelas.
Rindu, sudah pasti. Rasanya ingin kembali pada masa dimana kita berkenalan,bertengkar,bersama,berbahagia. Beruntung aku hidup di era kini. Mesin lipat dan telegram modern bisa membantuku mengenang itu semua. Juga beberapa lembar  kertas foto yang membuatku rindu.
Aku berharap kita tak pernah tumbuh. Aku berharap kita tetap pada kenakalan-kenakalan kita, pada kekanak-kanakan kita. Jujur, rasanya sulit menerima kita sudah tumbuh dewasa. Tapi apa yang bisa aku lakukan? Hanya berharap aku masih bisa mengayuh perahu bersama kalian.
Suatu saat pasti ada masa dimana kita kembali pada kekanak-kanakan kita. Rindu pada kebahagiaan yang dulu. Dan aku suka dengan itu. Mungkin nanti aku akan berharap ombak besar datang agar kita bisa mengayuh perahu lebih kencang. Saat itulah kita mengingat semuanya. Bahwa kita ada pada satu dunia, bukan pada masing-masing dunia.
Aku sangat menyayangi kalian,pula aku merasakan kasih sayang kalian. aku yakin pulau indah masih menunggu kita. Kebahagiaan akan mengiringi hamparan laut yang kita terjang.

Sabtu, 17 Januari 2015

Jangan mengeluh :),

Hidup tenang adalah hasil dari kedewasaan, dan dewasa adalah hasil dari banyak mengerti dan membaca ;)

Semua masalah dan kesulitan
ada jawabannya di Al Quran

Ketika kita mengeluh : “Ah mana mungkin…..”Allah menjawab : “Jika AKU menghendaki, cukup Ku berkata
“Jadi”, maka jadilah (QS. Yasin ; 82)

Ketika kita mengeluh : “Capek banget….”Alloh menjawab : “…dan KAMI jadikan
tidurmu untuk istirahat.” (QS.An- Naba :9)

Ketika kita mengeluh : “Berat banget... tdk sanggup rasanya…”Allah menjawab : “AKU tidak membebani seseorang, melainkan
sesuai kesanggupan.” (QS. Al-Baqarah : 286)

Ketika kita mengeluh : “Stres nih bingung”Allah menjawab : “Hanya dengan
mengingatku hati akan menjadi tenang”. (QS. Ar-Ra’d :28)

Ketika kita mengeluh : “Yaaaahh… ini sepertinya semua bakal sia-sia..”Allah menjawab :”Siapa yg mengerjakan kebaikan sebesar biji
dzarah sekalipun, niscaya ia akan
melihat balasannya”. (QS. Al- Zalzalah :7)

Ketika kita mengeluh : “Ke mana semua orang..gak ada seorangpun yang mau bantuin…?” Allah menjawab : “Berdoalah
(mintalah) kepadaKU, niscaya Aku
kabulkan untukmu”. (QS. Al-Mukmin :60)

Ketika kita mengeluh : “ Duh..sedih sekali rasanya…” Allah menjawab : “La Tahzan,..Innallaha Ma’ana... Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah
beserta kita:. (QS. At-Taubah :40)

Ketika kita mengeluh : “ampuuun
kenapa sih susah amat nih kerjaan…” Allah menjawab : “sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah;6-7)..


Soo... segeralah kembali kepadaNya..
Karena semua kebutuhan kita ada padaNya...:)

Jumat, 09 Januari 2015

Kamu :)

Taukah kamu,
Aku tak menyerah dalam masalah
Aku tak menangis ketika pedih mengiris
Aku cukup kuat saat badai berhembus lewat
Itu karena..... kamu!!!

Kamu, :)
Alasanku untuk tetap tertawa
Tujuan ku untuk tetap bahagia
Tersenyum walau pundaku terbebani nestapa

Selalu ada dalam tiap detak waktuku
Menemaniku dalam segala musim di hidupku
Menopangku ketika goyah
Menghujaniku dengan tawa dan cinta
Menerima dan mencintaiku apa adanya diriku


#Jakarta 10-01-2015

Jumat, 02 Januari 2015

Sahabat

Ingatlah sahabat, kita masih memiliki banyak PR di depan mata kita. Pergunakanlah setiap detik menjadi penuh makna. Renungkanlah Ini bukan sekedar renungan cinta dan persahabatanan jangan lupakan kewajiban kita membalas tetesan air mata sang Bunda dan peluh keringat Ayahanda, Inget janji kita di Bromo satu tujuan yg sama yaitu membahagiakan orang tua 
"Jangan bersedih sahabat! Berbahagialah, karena engkau akan menemukan suasana yang baru, bukan disini lagi, tapi disana. Cukuplah setiap kenangan yang telah kita tanam, akan menjadi kenangan yang tumbuh subur, menyemaikan benih-benih cita diantara kita. Karena kita tak harus disini, kita tak harus selalu bersama, kita harus melanjutkan langkah ini, mungkin ke tempat yang lain, yang siap untuk kita tapaki."
"Ada saatnya untuk berjumpa, ada saatnya pula untuk berpisah."
"Nikmatnya sebuah kebersamaan, rasa cinta dan kasih sayang akan benar-benar terasa ketika harus menghadapi perpisahan"
"Perpisahan bukanlah awal dari kesedihan. Perpisahan adalah awal dari kerinduan. Dengan inilah kita akan tahu seberapa besar cinta dan kasih sayang kita. Semakin besar, maka kerinduan pun semakin sulit untuk ditahan"
"Senandung hati ku tak pernah mengatakan "sayang" untukmu. Itu karena aku begitu sulit untuk memahami dirimu. Bila kau tau disini aku selalu mengharap kau mengerti aku"
"Raga ini boleh berpisah. Sendau gurau, canda tawa mungkin tak kan lagi kita lalui bersama. Namun hati kita kan selalu bersatu, tak kan terpisahkan oleh jarak yang jauh." , sebentar lagi kita akan berpisah 
Batal Suka ·  ·