Selasa, 06 Oktober 2015

Apa kabar, Sahabat?”

Apa kabar, Sahabat?”

Rasanya canggung sekali menyebut“sahabat” mengingat kita biasa bertukar sapaan kasar. Gue yang nyaman menyapamu dengan “Pik”. Dan kau pun lebih suka memanggil gue dengan “cek”. Hehehe. Nama-nama yang sekenanya memang justru menjadikan kita terikat erat, ‘kan? Oiya sekarang ulang tahun TNI yg ke-70 ya. “Apa sekolah lu di Kalimantan cukup menyenangkan? Ataukah rutinitas menjadi TNI justru membuat lu bosan? Mungkinkah lu masih bergelut dengan segala remeh-temeh dunia tentara?”Entahlah.

Dulu semasa kita masih duduk sebangku di Sekolah, gue tak canggung-canggung cerita berbagi mimpi dan rencana-rencana gila. Tentang angan melanjutkan kuliah, membangun bisnis Restoran, hingga ingin mengirim orang tua naik haji.

Iya, memang sudah selayaknya gue bekerja dalam diam. Tanpa angan yang perlu diumbar dan cukup fokus saja mewujudkan harapan jadi kenyataan. Tapi kawan, gue butuh lu yang tak bosan-bosan memberi dukungan. Meski cara lu memberi motivasi adalah menyebut gue sebagai pecundang. Ya, gue masih terus lekat-lekat mengingat lu yang pernah berujar;

“Suatu saat nanti kita pasti bisa bertemu di jalan dengan jas almamater kebanggaan lu sebagai aktivis, dan baju kebanggaan gue sebagai tentara"katamu

Sekali lagi, tak ada yang berbeda meski kita terpisah jarak, ruang, maupun waktu. Gue disini sedang lekat-lekat mengingat tentang kita. Lu pun pasti tak begitu saja melupakan gue sebagai kawan terbaik.

Meski hari ini kita tak sedang duduk bersisian. Gue kirim kau selembar tulisan mengenang kawan. Sekadar pengingat bahwa lu tak pernah sendirian. Secarik penyemangat karena lu tak akan kesepian.


Dari sahabatmu, Jakarta, 06 - Oktober - 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar