Apa kabar, Sahabat?”
Rasanya
canggung sekali menyebut“sahabat” mengingat kita biasa bertukar sapaan
kasar. Gue yang nyaman menyapamu dengan “Pik”. Dan kau pun lebih suka
memanggil gue dengan “cek”. Hehehe. Nama-nama yang sekenanya memang
justru menjadikan kita terikat erat, ‘kan? Oiya sekarang ulang tahun TNI
yg ke-70 ya. “Apa sekolah lu di Kalimantan cukup menyenangkan? Ataukah
rutinitas menjadi TNI justru membuat lu bosan? Mungkinkah lu masih
bergelut dengan segala remeh-temeh dunia tentara?”Entahlah.
Dulu
semasa kita masih duduk sebangku di Sekolah, gue tak canggung-canggung
cerita berbagi mimpi dan rencana-rencana gila. Tentang angan melanjutkan
kuliah, membangun bisnis Restoran, hingga ingin mengirim orang tua naik
haji.
Iya,
memang sudah selayaknya gue bekerja dalam diam. Tanpa angan yang perlu
diumbar dan cukup fokus saja mewujudkan harapan jadi kenyataan. Tapi
kawan, gue butuh lu yang tak bosan-bosan memberi dukungan. Meski cara lu
memberi motivasi adalah menyebut gue sebagai pecundang. Ya, gue masih
terus lekat-lekat mengingat lu yang pernah berujar;
“Suatu
saat nanti kita pasti bisa bertemu di jalan dengan jas almamater
kebanggaan lu sebagai aktivis, dan baju kebanggaan gue sebagai tentara"katamu
Sekali
lagi, tak ada yang berbeda meski kita terpisah jarak, ruang, maupun
waktu. Gue disini sedang lekat-lekat mengingat tentang kita. Lu pun
pasti tak begitu saja melupakan gue sebagai kawan terbaik.
Meski
hari ini kita tak sedang duduk bersisian. Gue kirim kau selembar
tulisan mengenang kawan. Sekadar pengingat bahwa lu tak pernah
sendirian. Secarik penyemangat karena lu tak akan kesepian.
Dari sahabatmu, Jakarta, 06 - Oktober - 2015.
Dari sahabatmu, Jakarta, 06 - Oktober - 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar