Kamis, 25 Desember 2014

Cerpen Anak yang Merindukan Ibunya ...








Ini merupakan cerita pendek karangan Deni Kurniawan, kamu dapat membaca halaman khusus penulisnya di: Deni Kurniawan untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatan penulis yang telah di terbitkan di Koran Kompas Jakarta.


Cerpen ini lolos moderasi pada: 24 Desember, 2014 

Masuk ke dalam kategori Cerpen Inspiratif dan Cerpen Pendidikan

Judul : Anak yang merindukan ibunya
Tema : Gladiator jalanan
Oleh : Deni Kurniawan



Ini sebuah cerita tentang seorang anak lelaki yang hanya hidup sebatang karah dalam kisah perjalanan hidupnya yang menyedihkan.

Dia  berkelana seorang diri dengan tubuh keringdaun yang berterbangan dijalanan, dia hanya sendiri tak berteman dan tak bertempat tinggal…..
Sejenak langkah mengusir pilu dia bersandar ditrotoar jalanan  yang terhempas di pinggiran lampu merah cengkareng. iya menangis mengeluhkan nasibnya dan takdir yang tak adil padanya, iya meneteskan airmata yang menumpahi pergelangan kakinya ,Dia seorang anak yang malang dengan hanya hidup dari belas kasihan orang lain yang melihatnya, Dia berteriak dan memanggil dengan keras..‘’tuhan  ,aku  tak pernah menyesal dengan keadaan yang engkau berikan padaku  hanya saja aku tak mampu menerimah semuah beban yang engkau tumpuhkan dalam takdirku.,’’Bukan pulah tangisan yang ingin ku tuturkan  hanya lantunan lagu yang mengisi kesedihanku,..’’

Dia hanya diam sambil menunggu datangnya sang malaikat menjemput nyawanya, tapi takdir tak menginginkan DIA pergi. Dia hidup hanya sebatang karah tampah teman maupun sanak saudarah,
Hari tu aku melintas dan mengampirinya , dan aku hanya melihatnya ia tertunduk lesu , dia tak banyak bicara, hanya tetesan air mata yang menegaskan langkanya. Aku bertanya dengan suara pelan ,mencoba menenangkan air matanya , dan melisankan sebuah pertanyaan padanya. ‘’hay sahabat kecilku mengapa engakau terdiam ditempat ini,tidakah engkau punya tempat tinggal, tidakkah engkau punya saudarah, ’’sahabat kecil jawablah lisanku padamu. Lalu aku memberinya secangkir air untuk dia teguk. berharap dia mau menolehkan wajahnya kehadapaku ,Sungguh malang hidupnya, menyendiri ditempat yang jauh dan takdir hanya mempermainkannya, Kutinggalkan sehelai jaket yg aku pakai dan juga makanan dan aku mulai berjalan menjauhinya.
Takdir begitu kejam menusuk bocah yang masih tak tau apa-apa. Dan saat aku tinggalkan dia .terdengar suara yang iya lantungkan.

Melihat penderitaan yang iya jalani,menegur hatiku sangat dalam. Selembarang kertas kutulis di buku kecil yang selalu aku bawa kepada sang penguasa berharap bisa merubah takdirnya. Dan kutitip pada burung merpati yang melintas hendak menujuh barat, ‘’merpati putih, kutitipkan pesanku untuk sang penguasa yang diujung barat sana sampaikan salam hormatku padanya, dan pastikan iya mendengar doa pesanku.
Keesokan Harinya...

Hari itu aku berharap-harap cemas ketika ku kunjungi tempat iti kembali dibawah lampu merah dan sampinng trotoar, dia menghilang dan meninggalkan jaket yang sempat ku berikan padanya kemaren ,aku menoleh kea rah yang sama berharap aku menemukannya.
‘’kemanakah iya pergi dengan tubuh yang lemah seperti itu. Takdir tak menemukan ujung perjalanannya, hanya mengejarnya dengan bayangan yang menyakitkan. Aku mengejar bayangannya yang terlintas dalam benakku ,kutemukan dia diselah selah pasar yang ramai.Ku papah dia menuju rumahku . meletakkan tubuhnya diatas kasur kapuk dikamar timur, aku biarkan dia tertidur dengan selimut ku,!
’takdir mempermainkan bocah ini, seakan hidup tapi mati. kejamnya jalan yang dia tempati seakan neraka yang menemani. Tapi dia hanya seorang bocah, Dia bertahan hidup dengan hanya mengharapkan tetesan rasa kasian para pengguna jalanan , ‘’jikalah takdir menemukan muaranya aku barharap tak banyak kisah sedih yang akan menimpanya,dia hanya seorang bocah,tapi takdir mengikutinya begitu dalam, Dunia ini seakan tak adil padanya, memandangnya dengan mata yang tertutup.

Bocah itu sungguh malang. Hidup dengan pelukan takdir yang mengikat tubuhnya,t ubuh yang kurus, berlumpur dengan balutan kain yang yang hanya menutupi sebagian badannya. Ke esokan harinya ku tengok dia dikamar timur tempat dimana aku meletakkannyaKu buka pintu denga berlahan dan kusapa dengan pelan, Hay teman kecil ,Tak terdengar suara yang berbalas dari tanyaku, Ku bergegas menghampirinya namun dia tak Nampak ditempatnya,’’kemanakah perginya’’

Anak itu sungguh tak ingin mengharap balasan ,dia hanya ingin menemui ibunya dengan rasa rindu yang mendalam.

Sungguh malang nasibnya.suara teriakannya tak kunjung terdengar tak kunjung tersemar,entah dia berada dimana dengan tubuhnya yang lemah itu.entah dia bermuara Ditempat mana.

‘’ kehidupan yang merindukan kematian yang memberikan ketenangan dari banyak penderitaan ‘
Seorang bocah yang tak berdaya menjalani hidup dengan berjuang sendiri di balik takdir yang tak adil padanya’’
Ia hanya seorang bocah ,,Yang terlihat kurus dengan tulang yang tertumpuk jelas didadanya..Entah apa yang hendak  di perlihat kan oleh sang tuhan untuk  jiwa sang bocah yang malang itu…..’’

‘’sehelai kain menutupi badanku, secangkir air melegahkan tenggorokanku, setumpuk makanan mengeyangkan perutku. Tapi tak bisa menegur takdirku,’ ’aku hanya duduk menadahkan tangan ,berharap tumpahan kasih sayang, dari ruas jalan yang mengelilingiku , aku hanya buah yang busuk yang tak bersari dan tak berwangi ,aku hanya ranting yang rapuh tak berbatang dan tak  berdaun, ’’Takdir begitu memeluknya , rahasia yang  hendak diketahuinya tak banyak diterkanya dia hanya diam menunggu kematian menelannya, melintas sebuah bayangan yang menegurnya,tersenyum memeluknya, Dan mulai terdengar suara yang menyanjungnya,‘’takdir adalah dirimu hanya saja engkau tak mengenalnya terlebih dahuluDia mendengar suara itu dan menangis seraya berkata,‘’jikalah aku mati,tak bisahka aku merindukanmu ibu . Jikalah aku hidup, tak bisahka aku menemukanmu ibu.Kubur memanggilmu terlaluh cepat, takdir memelukku terlaluh erat, Jikaulah engku tau ibu, aku ingin menemani tidurmu, Aku didunia hanya sendiri aku merindukanmu Ibu,aku memerlukanmu,Jiaklah aku tak berdaya bisa aku memintah kematian padamu,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar